7.24.2009

Subuh-Dingin

Pagi ini dingin hingga gigiku gemeretuk bersentuhan satu sama lain
Pagi ini dingin hingga kelopak mataku enggan membuka
pembuluh darahku menciut menghalangi gelombang kehidupan dalam darah
Suplai ke otak berkurang, aku malas berfikir..

Angin semilir menutup semua rongga persendianku, menguncinya untuk tak bergerak sedikitpun
Entah kenapa ia selalu datang saat mentari memilih naik lebih lambat.
Seringkali ia mendekapku, memelukku dengan erat dan membiarkanku tertidur kembali
Mentari yang kuharapkan dapat menghilangkannya hari ini merambat naik, bermalasan
bergumpal awan mendukungnnya untuk sedikit menahan diri dan bersabar.
serat-serat sinarnya malu-malu menyapu bumi yang basah oleh hujan tadi malam
berkas cahayanya membiat geliat2 rumput diluar rumahku seakan enggan hidup dan menyimpan energinya untuk esok hari.

Tiap saat seperti ini aku merindukan hujan..
hujan yang selalu jujur menghujaniku dengan deraian bulir-bulir kasihnya
hujan yang aku yakin pasti akan memaksa rumput bangun dan menggeliat
aku yakin hujan akan memaksa kelopak mataku membuka dan menatap dunia
aku yakin hujan akan mengendurkan pelukan angin dingin yang sekarang terasa lebih erat mencengkram semua inderaku
aku yakin hujan akan berkata pada awan untuk segera pergi
aku yakin hujan akan memaksa mentari berlari ke tempat kerjanya di langit yang dapat kulihat
aku yakin hujan akan menggusur selimutku..

aku yakin orang akan mengerti mengapa aku merindukannya

pun begitu, akukan sabar menunggu hingga senja nanti..

Tidak ada komentar: