3.18.2009

Puisi untuk monumenku..

Selamat malam bulan yang ayu..

cahayamu setia mengiringi putaran rodaku malam ini, sudah 4 hari kurasa..
engkau sekarang sering kali terlihat bercanda dengan langit dan bintang, kemarau sudah mendekat kukira :)
aku ingat melintas tempat ini bersamamu bulan yang ayu, tanpa bintang yang mengotori cahayamu; berpayung langit kelam yang seakan tak mau tau..
aku jg ingat ketika melintas tanpamu, terenyuh melihat apa yg ada di sekelilingku..
pemandangan yang tak lagi sama dari terakhir kuambil memoriku dari tempat ini.

aku mafhum bulanku, aku mengerti.. waktu sekarang memang tak lagi sama
nasib kita telah bergeser ke arah yang berbeda sekarang, maaf jika kubilang kita, apa engkau tidak terima?

aku tak bisa memalingkan mataku melihat mereka yang berteduh dari panasnya mentari dibawahnya, lusuh, kadang sangat sekali kucel.. aku sering terlihat seperti itu tapi aku tidak berteduh dibawahnya, aku punya atap sendiri..
tak jarang aku temukan, dinginnya angin malam menyelimuti badan mereka yang basah karena hujan turun dengan derasnya di sore hari, mereka harus berlari, berebut tempat tidur mereka beralaskan tegel2 murah yang tak banyak menyimpan panas dari matahari.. beruntung kadang mereka berjumlah banyak jadi malam mungkin akan terasa lebih hangat dengan menempelkan badan mereka satu sama lain, semoga..
pun begitu, aku masih blm bisa membayangkan mereka tidur dengan 'tenangnya-mungkin' dihantui suara motor, mobil dan apapun yang melintas diatas dan disamping mereka.. semoga mereka berhasil menulikan telinga mereka sebentar untuk mengistirahatkan tubuh mereka stlh berlarian di aspal yang panas sepanjang hari..

engkau tahu bulanku, diantara mereka yang terlelap seringkali kulihat anak kecil sebaya adikku terduduk, menggenggam koran yg tidak laku sore ini di tangannya. dalam posisi membaca ia komat kamit - aku sendiri tidak tau apa ia bisa membaca; apalagi dibawah penerangan lampu natrium yg hanya menyala sesuai moodnya.

aku sadar, monumen yang ikut mengantarku menjadi aku yang sekarang ternyata jadi benteng untuk orang yang tak seberuntung aku, kita.. mereka harus menghadapi ultraviolet yang kita tangkal pake sunblock tiap hari tanpa tepung bedak sekalipun; hujan yang jadi alasan kita malas keluar rumah; pengapnya udara Bandung kini yang sering jadi pembenaran kita menutup jendela mobil rapat2 dan tidak mengindahkan hadirnya mereka..

Monumenku ternyata tidak membawa keberuntungan pada banyak orang, yang kujadikan sebagai landmark perjuanganku ternyata bukan landmark perjuangan banyak orang..

as you grow, you'll have two hands.. one to help yourself one other to helps people, I want to use this privilege!!

Tidak ada komentar: